Rini Yuliati

Seorang ibu dari dua orang putri yang ingin belajar merangkai huruf sehingga menjadi bermakna. Tinggal di sebuah kota kecil di Kebumen, Jawa Tengah. Profesi mom...

Selengkapnya
Navigasi Web

Berita Kematian

Senja kelabu, ada berita yang menghentak kalbu. Berita kematian dari saudara sepupu. Begitu mengagetkan. Tak ada berita sakit. Tak ada tanda-tanda apapun. Semuanya baik-baik saja. Bahkan empat hari yang lalu kami bertemu di rumah Ibu mertuaku. Dia terlihat sehat dan bugar. Masih terbayang obrolan kami saat itu. Usia adalah rahasia-Nya. Tidak ada yang tahu di bumi mana dan bagaimana caranya seseorang dipanggil menghadap-Nya.

Begitu mendengar kabar lelayu itu, aku dan suami bergegas menuju rumah duka. Di halaman rumah terlihat beberapa orang sedang menata kursi. Kami berdua masuk ke dalam rumah. Di ruang tengah, kulihat budhe dan mbak Puji sedang duduk di kasur yang digelar di atas lantai. Mata mereka berdua sembab karena menangis. Aku memeluk Mbak Puji yang terlihat bersedih karena kehilangan suami. Anaknya yang masih kecil hanya menatap kami. Ada beberapa tamu yang duduk di ruangan itu. Semuanya hanya terdiam seolah ikut larut dalam suasana.

Mbak Puji terbata-bata menceritakan kejadian yang tidak terduga itu. Siang tadi seperti biasa, suaminya yang bernama Mas Mali pulang ke rumah untuk makan siang. Kebetulan dia ikut bekerja di proyek pembangunan jalan desa. Semuanya baik-baik saja. Mas Mali terlihat lahap makan walaupun dengan lauk seadanya. Setelah shalat zuhur, dia berpamitan untuk bekerja kembali. Tak ada firasat apapun. Sekitar pukul setengah lima sore, sebuah becak mengantar Mas Mali yang dalam keadaan pingsan. Semuanya panik. Sempat siuman namun tak berapa lama denyut nadinya melemah dan badannya menjadi dingin. Dalam dua kali tarikan napas, Mas Mali sudah pulang kembali ke hadirat-Nya. Mendengar cerita Mbak Puji yang diselingi isak tangis membuat dadaku ikut sesak. Mas Mali adalah tulang punggung keluarga. Semuanya merasa kehilangan. Bahkan budhe yang merupakan mertua Mas Mali terlihat masih shock.

Mbak Puji berusaha tegar menghadapi cobaan itu. Sesekali dia menghela napas panjang sembari mengucapkan istighfar. Namun ketika jenazah suaminya akan dikafani, tangisan itu kembali dan tak bisa dibendung. Aku yang disampingnya berusaha menenangkannya. Walau air mata ini juga ikut menetes melihat pemandangan pilu itu. Ya Allah, berikan kesabaran pada keluarga mereka.

Kematian dan kehilangan adalah sesuatu hal yang akan kita alami. Tinggal menunggu waktu. Akankah kita sudah berbuat yang terbaik ? Semoga Allah selalu menuntun langkah kita. Supaya usia yang diberikan oleh-Nya bermanfaat dan bisa menjadi bekal kita untuk menghadap kepada-Nya. Wallahu a'lam bi showab.

#edisimuhasabah#

Kebumen, 29 Oktober 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post