Usianya masih 3 tahun. Tubuhnya gempal. Kulitnya putih dengan mata yang bulat. Sangat menggemaskan. Namanya Fatin. Salah satu murid imut kami. Dia anak yang cepat belajar dan rasa ingin tahunya sangat tinggi.

Waktu istirahat telah tiba. Anak-anak berlari untuk mencuci tangan. Kemudian bersiap berdoa sebelum makan bekal. Pihak sekolah memang tidak menyediakan snack untuk anak-anak. Semuanya membawa bekal dari rumah. Kami hanya berpesan kepada orang tua supaya membawa bekal makanan yang sehat.

Kulihat Fatin mengeluarkan sesuatu dari tas abu-abunya. Aku hanya melirik. Teman-temannya sudah mulai menikmati bekal hari itu. Dia menyodorkan benda berwarna hijau.

"Bunda," dia memanggilku dan memberi benda hijau itu.

Kuterima benda dari tangannya. Ternyata sebuah timun.

"Oh, timunnya mau dipatahin jadi dua?" tanyaku padanya.

Fatin hanya mengangguk. Hari itu Fatin menikmati camilan buah timun. Kulihat dia begitu lahap menyantap buah berair itu. Bahkan tak bersisa sampai pucuknya. Ketika anak-anak yang lain menyantap jajanan khas anak-anak, dia lebih memilih buah itu. Sepertinya pola makan keluarga sangat berpengaruh terhadap pola makan anak. Jauh sebelum anak mengenal banyak makanan, perlu dikenalkan makanan sehat. Memang butuh ketelatenan.

Itu saja, cerita Fatin hari ini. Semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Bismillah.

Kebumen, 10 Oktober 2019