Terlalu Mudah Terpesona
Lebaran sebentar lagi. Itu tandanya bulan ramadan akan segera berakhir. Suasana ingar bingar masjid saat tarawih akan berganti sepi. Ada rasa kehilangan momen-momen tertentu. Namun rasa kehilangan itu tak berlaku di pusat-pusat perbelanjaan. Barisan emak-emak memenuhi setiap sudut dan lorong supermarket ataupun pasar tradisional. Binar mata mereka begitu jelas terlihat. Memandang baju-baju yang dipajang pada manekin cantik. Dengan penuh gairah tangan-tangan lincah itu meraba dan memilih. Mencoba di sebuah kamar sempit. Berkali-kali tak puas juga. Tidak menyadari bahwa tubuh mereka tak selangsing boneka cantik. Tidak menyadari bahwa tubuh mereka tak cukup semampai. Namun para emak sudah terlanjur terpesona padanya. Tak peduli walau harus memaksa tubuh ginuk-ginuk memakai baju sempit. Merasa harus cantik dan tampil beda. Ah, sudahlah. Mereka sedang terpesona.
Belum lagi aneka camilan cantik yang melambai-lambai di setiap toko. Ada roti kaleng berbagai merek. Minuman segar berbagai rasa. Kue kering bermacam bentuk yang menggoda. Binar mata pun ada di sana. Semuanya berlomba memenuhi hasrat berbelanja yang bergelora di dada. Barisan emak terlihat berkilo meter di depan kasir. Mereka menikmati walau si bayi mulai menangis. Masih sabar walau suami sudah mulai memperlihatkan tanduk di kepala. Yah, begitulah emak-emak yang terpesona.
Dari tahun ke tahun, ramadan selalu berakhir seperti itu. Seharusnya yang ada di hati adalah rasa kehilangan. Kehilangan momen berasyik masyuk dalam ibadah kepada Sang Pencipta. Kehilangan nikmat bersujud secara berjamaah. Kehilangan berkah yang melimpah di bulan yang penuh rahmat. Sungguh, diri ini merasa malu pada-Mu ya Rabbi. Ampuni hamba-Mu karena terlalu mudah terpesona pada dunia ini. Masih mengharapkan bertemu ramadan berikutnya walaupun ibadah belum sempurna.***)
Kebumen, 27 Mei 2019
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pemandangan yang menggiurkan. OK...
Yes..yes..yes...Pak Tanto...
Wah edisi nyindir nih ya? Tapu memang begitu faktanya. Salam bahagia.
He..he...Begitulah emak2 rempong menjelang lebaran Pak Agus...
Subhanallah, tulisan yang nyentil banget. Tapi aku gak antre Budhe, gak ke mall juga, karena aku menunggu dan duduk manis di rumah, hehehe. Sukses selalu dan barakallahu fiik
He..he...menunggu paket baju cantik ya Bund....Salam sehat dan sukses selalu...Barakallah Bunda Pipi..
Saya juga terpesona dengan tulusan bu Rini, pengingat diri agar tak silau oleh duniawi. Ginuk-ginuknya masih jadi favorit ya hehehehe. Barakallahu fiik bun.
Ginuk2 memang memesona Bund..he...he..Tapi langsing juga menggoda ha..ha...Mencoba memaknai bulan penuh rahmat ini sebagai pengingat diri Bunda Rita...Barakallah Bun...