Rini Yuliati

Seorang ibu dari dua orang putri yang ingin belajar merangkai huruf sehingga menjadi bermakna. Tinggal di sebuah kota kecil di Kebumen, Jawa Tengah. Profesi mom...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengenal Kecerdasan Eksistensial pada Anak
Dokumen pribadi : Fathiya's Picture

Mengenal Kecerdasan Eksistensial pada Anak

Akhir bulan ramadan. Terdengar azan isya dari mushala dekat rumah.

"Berangkat tarawih apa tidak, Mba?" Tanyaku pada si sulung. Jalanan depan rumah mulai ramai dengan kendaraan pemudik. Cukup sulit untuk menyeberang ke mushala.

"Berangkat lah, Bu. Tarawih terakhir, sayang kalau tidak berangkat. Sekolah yang seharian aja semangat. Masa, ibadah kepada Allah yang hanya memakan waktu setengah jam malah nggak semangat. Dapat pahala lagi."

Ucapannya menohok hatiku yang paling dalam. Sungguh malu hati ini. Makasih, Nak. Sudah diingatkan. Betapa diri ini sangat lalai. Ampuni hamba-Mu, Ya Allah. Engkau telah menegur diri dengan cara yang fantastis.

Membaca ilustrasi di atas, tiba-tiba teringat dengan salah satu ahli pendidikan dari Harvard University bernama Howard Gardner. Dia berpendapat bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas. Gardner juga menentang anggapan "cerdas" dari sisi IQ (intelectual quotion), yang menurutnya hanya mengacu pada tiga jenis kecerdasan, yakni logiko-matematik, linguistik, dan spasial.

Menurut Gardner kecerdasan dalam multiple intelligences meliputi kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematics, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan inter personal, kecerdasan intra personal, kecerdasan naturalis, kecerdasan eksistensial. Setiap kecerdasan dalam multiple intelligences memiliki indikator tertentu.

Berkaitan dengan cerita di atas maka saya akan mencoba mengupas salah satu kecerdasan yaitu kecerdasan eksistensial. Komponen inti dari kecerdasan eksistensial adalah kemampuan menempatkan diri sendiri mulai dari wilayah yang tak terbatas hingga wilayah yang amat kecil, dan dari dalam ciri manusiawi yang paling mendasar, seperti makna hidup, makna kematian, keberadaan akhir dari dunia jasmani dan psikologi, pengalaman batin seperti kasih kepada manusia lain, atau terjun total ke dalam suatu karya seni.

Ada beberapa indikator yang dapat dilihat berkaitan dengan kecerdasan eksistensial diantaranya adalah mendapatkan makna dari kegiatan menghadiri bentuk ibadah di masjid atau organisasi keagamaan atau organisasi filsafat lainnya yang dilakukan secara teratur. Indikator yang lain adalah lebih sering memikirkan makna kehidupan daripada orang lain. Gemar terlihat dalam diskusi filsafat atau keagamaan dengan orang lain. Tertarik pada film, drama atau pagelaran lain yang bertemakan spiritualis, filsafat atau eksistensial. Serta masih banyak indikator lain.

Maka mulai sekarang tidak ada anak yang tidak cerdas hanya saja ada kecerdasan yang lebih menonjol dan ada yang lebih lemah. Maka sebagai orang tua harus bijaksana dalam menyikapinya. Jangan hanya terpaku pada satu kecerdasan tertentu saja. Setiap anak unik. Marilah kita rangkul anak-anak kita dengan kasih sayang. Bismillah.

Rumahku, penghujung ramadan 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat INSPIRATIF, Bu?

03 Jun
Balas

Hanya sebagai renungan orang tua Pak...Terutama saya sendiri ..Terima kasih...

04 Jun



search

New Post