Selepas maghrib, anak-anak mulai mengemasi buku-buku yang akan dibawa esok hari. Si sulung yang sedang membaca buku, tiba-tiba berhenti dan melihat ke arahku.

"Bu, ternyata niatku sekolah selama ini salah, "ucapnya serius.

"Salah bagaimana," jawabku penuh tanda tanya.

"Iya salah. Selama ini yang aku tahu, sekolah itu niatnya untuk mencari ilmu. Seharusnya sekolah itu diniatkan karena Allah. Karena jika kita niat karena Allah maka kita akan mendapatkan dua hal sekaligus yaitu ridho Allah dan ilmu. Namun jika kita hanya niat mencari ilmu maka yang kita dapatkan hanya ilmu saja," si sulung berbicara panjang lebar.

Aku hanya tertegun mendengar ucapannya. Dia melangkah mendekati aku yang sedang duduk di kursi. Menikmati sepiring nasi goreng.

"Bu, ada cerita tentang seorang anak perempuan yang setiap kali membaca buku pelajaran, tidak pernah bisa memahami apa yang dia baca. Dia merasa bingung dengan keadaan itu. Kemudian dia mengikuti pengajian. Di sana dia memperoleh solusi untuk mengubah niatnya sekolah selama ini. Mulai hari itu dia mengubah niatnya hanya karena Allah."

Aku benar-benar takjub. Ada rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"Bu, setelah dia mengubah niatnya, dia bisa memperoleh rangking 3. Padahal sebelumnya dia rangking 3 dari bawah. Jika kita niat karena Allah maka akan mendapat ridho-Nya. Nilai itu adalah bonus dari Allah," lanjutnya dengan mata yang berbinar.

"Ah, hari ini ibumu benar-benar belajar darimu, Nak," ucapku dalam hati. Mata ini terasa memanas. Entah darimana dia belajar tentang petuah itu.

Malam ini, kutulis kisah ini dengan linangan air mata. Kupandangi dua wajah putri kesayanganku yang sudah terlelap dalam mimpi. Ibumu ridho kepadamu, Nak. Ingatlah Allah di manapun kamu berada. Semoga Allah selalu menuntun dalam setiap langkah kakimu. Lirih kuucapkan sebait doa kepada Sang Pencipta. Doa seorang ibu akan sampai ke langit. Insyaallah.

#edisi baper#

Baitii jannatii, 19 Agustus 2019